Kamis, 10 Mei 2012 Tags: 0 komentar

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME


TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd, M.M


Oleh :
Dyla Putry  R.             (110412406489)
Eni Syakurohmah        (110412406514)
Lia Sepda K                (110412406499)
Novrika R.                  (110412406505)





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PRODI STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
September 2011




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH  SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran ini sebagai tugas mata kuliah yang dibimbing oleh Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd, M.M
            Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya dorongan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.  Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-NYA sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2.  Kedua orang tua yang senantiasa memberi dukungan moral, spiritual, maupun material sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd, M.M selaku dosen pembimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
4. Teman- teman dari off Q yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.
Seperti kata pepatah “ Tak Ada Gading Yang Tak Retak” begitu pula dengan makalah ini, penulis menyadari bahwa sebagai seorang pemula, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat  penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca serta semua pihak.
    
                                                                                                        Malang, 28 September  2011

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      
                                                                                                               Penulis,



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita harus sadar bahwa pendidikan itu sangat penting.
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi?.
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.



1.2  Rumusan Masalah

·      Apakah pengertian teori belajar Behaviorisme ?
·      Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar Behaviorisme ?
·      Bagaimanakah aplikasi teori belajar tersebut ?

1.3  Tujuan

1)      Agar kita memahamai tentang  teori belajar Behaviorisme
2)      Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar Behaviorisme dalam pendidikan
3)      Mendiskripsikan aplikasi teori belajar Behaviorisme


BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Teori Belajar
Sebelum merancang pembelajaran, seorang guru harus menguasai sejumlah teori atau filsafat tentang belajar, termasuk beberapa pendekatan dalam pembelajaran. Teori belajar tersebut sebagian sudah dikenal dalam pelaksanaan Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum 2004. Sebagian bahkan sudah dikenal dalam mata kuliah tentang pendidikan dan pengajaran. Penguasaan teori itu dimaksudkan agar guru mampu mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajarnya di depan kelas.
Di antara sekian banyak teori belajar, salah satunya adalah teori belajar behaviorisme. Teori belajar Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Dalam arti teori belajar ini, lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Teori belajar Behaviorisme sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

Ciri- ciri teori Behaviorisme antara lain :
1.      Bersifat mekanistik
2.      Menekankan peranan lingkungan
3.      Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
4.      Menekankan pentingnya latihan
5.      Mementingkan mekanisme hasil belajar
6.      Mementingkan peranan kemampuan
7.      Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
·         Obyek psikologi adalah tingkah laku
·         Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
·         Mementingkan pembentukan kebiasaan
2.2 Tokoh- tokoh dalam teori  Behaviorisme
Pelopor aliran behaviorisme ini adalah John Broadus Watson. Melalui studi eksperimental, Watson menjelaskan konsep kepribadian dengan mempelajari tingkah laku manusia yang mengacu pada konsep stimulus – respons. Aliran behaviorisme ini menolak pandangan dari aliran pendahulunya, yaitu aliran psikoanalisa yang memandang bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh insting tak sadar dan dorongan-dorongan nafsu rendah. Kemudian muncul tokoh – tokoh lainnya seperti :
1)      Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)
Pada teori ini Ivan Petrovich Pavlo ini mengadakan eksperimen dengan menggunakan seekor anjing. Anjing dikerangkeng dan setiap saat tertentu diperdengarkan bunyi bel disertai penaburan bubuk daging ke dalam mulutnya. Respon anjing adalah berupa keluarnya air liur dari mulutnya. Perlakuan ini diulangi berkali-kali dan lama




kelamaan penaburan bubuk dihilangkan, tetapi bunyi bel tetap diperdengarkan. Meskipun
bubuk daging tidak lagi ditaburkan ternyata setiap mendengar bunyi bel, anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur dari mulutnya.
Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, Pavlov juga menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
Jelasnya, aliran ini memandang bahwa hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap apa yang datang dari luar individu. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dari stimulus yang diterimanya.
2). Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal – hal lain yang dapat di tangkap melalui alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang di munculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud kongrit, yaitu yang dapat di amati, atau tidak kongrit yaitu yang tidak dapat di amati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat di amati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme. Thorndike menemukan beberapa hukum diantaranya :
Ø  Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung di perkuat.
Ø  Hukum Latihan
Semakin sering suatu tingkah laku di latih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
Ø  Hukum Akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung dperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

3). Burrhus Frederic Skinner
Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaannya bahwa prinsip-prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari perilaku yang bisa dipelajari. Banyak perilaku manusia adalah operant, bukan responden. Kondisioning klasik hanya menjelaskan bagaimana perilaku yang ada dipasangkan dengan rangsangan atau stimulus baru, tetapi tidak menjelaskan bagaimana perilaku operant baru dicapai.
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responsnya didatangkan oleh stimulus tertentu), respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer (perangsang/hadiah).Reinforcer ini sendiri seseungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Misalnya, jika seseorang telah belajar melakukan sesuatu lalu mendapat hadiah sebagai reinforcer, maka ia akan menjadi lebih giat dalam belajar.
4). Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pembelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak.

5). Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.

2.3 Aplikasi Teori Behaviorisme
Aplikasi teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioris mememandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak berubah. Pengetahuan tidak terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan penngetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pembelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pembelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori Behaviorisme merupakan sebuah teori yang mengutamakan pengalaman untuk mengubah tingkah laku agar jauh lebih baik dari sebelumnya. Jadi semakin banyak pembelajar belajar dengan menerapkan teori Behaviorisme maka pembelajar akan semakin banyak memiliki pengalaman. Dan dengan pengalaman tersebut maka pembelajar dapat megubah tingkah lakunya.
Aplikasi dari teori Behaviorisme dalam kegiatan  pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Jadi apabila beberapa hal tersebut sudah terpenuhi semua maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Teori ini  cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

3.2 Saran
Teori behaviorisme ini tidak tepat jika diterapkan dalam pembelajaran masa kini karena pada teori ini lebih menekankan sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Dalam arti teori belajar ini, lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.


DAFTAR RUJUKAN

https://www.msu.edu/~purcelll/behaviorism%20theory.htm
http://www.funderstanding.com/content/behaviorism
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rinika       Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan & Rineka Cipta.
http://www.Teori%20Belajar%20Menurut%20Aliran%20Behaviorisme_%20Agama%20Islam%20-%20Pendidikan%20Agama%20Islam%20_%20tafsir%20_%20Psikologi%20~%20Artikel%20Agama%20Islam.mht





No Response to "TEORI BELAJAR BEHAVIORISME"

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar

Feed facebook twitter friendfeed G+ Submit